Air betapa vitalnya. Kehidupan bahkan tidak ada jika air itu bukan bagian dari hidup kita. Kebutuhan akan air bersih menjadi sngat penting. Bayangkan saja kalau,memasak untuk makan ,minum, mandi, mencuci dan aktivitas – aktivitas lain ini tidak dapat kita lakoni lantaran tak tersedianya air. Hmmmmm
Menyaksikan berita beberapa hari terakhir di pusat ibukota, tentang kelangkaan air bersih akibat jebolnya pintu air Buaran – Jakarta Timur, saya terkenang dengan kondisi yang sama di Timor Barat yang gersang. Heboh akrab beritanya sampai istana negara juga mendapat perhatian khusus palyja coorporate yang bolak – balik dengan mobil tanki untuk pemenuhan air di istana.
Rasa – rasanya memang semacam ada “ajakan ikut merasakan” kekurangan air yang sering dialami masyarakat kecil , ke pusat pengambil kebijakan.
“Sumber air su dekat…” Begitulah kira - kira selentir iklan salah satu produk kemasan air bersih yang mengangkat realitas kekurangan air di pedalaman Timor. Tawaran iklan ini secara pesan kelihatan membantu masyarakat secara caritatif untuk penanggulangan air bersih, di bagian Barat Timor yang gersang.
Topografi Timor yang kering dengan cuma memiliki dua musim dalam setahun yang musim kemaraunya lebih panjang, membuat masyarakat di pedalaman Timor lebih sering mengalami kesulitan air. Pada musim kemarau Kita akan sangat mudah menjumpai masyarakat, dengan jerigen,ember,dan alat tampungan air/wadah seadanya mencari sumber – sumber air untuk pemenuhan kebutuhan. Biasanya masyarakat membuat sumur di sekitar rumah, atau membuat galian-galian disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) terdekat yang bisa menyelamatkan kondisi kekurangan air saat kemarau. Ironis tentu, karena air yang vital itu harus didapatkan dengan cara yang sulit.
Menimba air biasanya merupakan kerja ibu – ibu rumah tangga dan anak – anak saat pagi tiba, atau petang menjelang. Terkadang mereka harus menempuh jarak yang lumayan jauh. Kondisi ini sangat mugkin kita temui di sebagian besar pelosok Timor Barat.
Belakangan sebagian tempat di Timor Barat sedikit terbantu dengan terbukanya penarikan air langsung dari Gunung Mutis yang mampu menjawab kebutuhan air di sekitar Kefa, Soe, dan sebagian wilayah Kabupaten Kupang. Namun tidak semua lokasi atau tempat dapat dijangkau. Kondisi kekurangan air merupakan suatu pandangan yang lumrah. Entah sampai kapan?
Di Jakarta, pengerjaan dan perbaikan tanggul dijanjikan akan selesai beberapa hari kedepan. Kebutuhan pasokan air bersih di pusat ibukota akan kembali normal. Namun masyarakat jauh di pusat ibukota sana, tetap menikmati kesulitan – kesulitan mereka. Bahkan mungkin kondisi mereka tetap dikomersil-iklankan, namun realita kemudahan untuk mendapatkan air bersih buat mereka, masih jauh panggang dari api.
Kira - kira begini aktivitas Ibu - Ibu di Timor Barat, saat petang menjelang. Nah,, Ternyata sumber air masih jauh...!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar