
Menurut Sri Paus, inilah situasi dunia kita kini, yang diliputi “gerhana Tuhan” yang sungguh pasti, semacam “amnesia” (penyakit lupa) akan sejarah, sebuah penolakan akan Allah dan kristianitas, pengingkaran khazanah iman Kristen, sebuah penyangkalan yang bisa membawa kita (termasuk kaum muda) pada hilangnya jati diri kita yang paling dalam sebagai murid-murid Kristus. Di samping itu, ada juga segelintir kaum beriman (Kristen), yang walaupun tidak terpengaruh oleh godaan sekularisme itu, namun telah dengan sembrono membiarkan iman mereka tumbuh seadanya, yang berakibat buruk pada hidup kesusilaan mereka.
Inilah juga situasi “dunia” sebagaimana telah disinyalir Yesus sendiri dalam doanya kepada para murid sebelum kepergiannya kepada Bapa (Yoh. 17:9-19); suatu dunia yang cenderung mengatur dan mengorganisir diri dengan daya dan kekuatannya sendiri di luar Allah. Pengalaman memberikan bukti nyata kepada kita semua, bahwa dunia tanpa Tuhan selalu menjadi “neraka”; dipenuhi oleh egoisme. Pada gilirannya, keluarga-keluarga jadi berantakan, timbul kebencian antar-pribadi dan antar-bangsa, serta kekurangan teramat hebat akan kasih, sukacita, dan harapan.
Sebaliknya, di mana ada pribadi dan bangsa yang menerima kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka, memujiNya dalam roh dan kebenaran, serta mendengarkan suaraNya, maka peradaban cinta-kasih sedang dibangun, yaitu peradaban di mana martabat semua orang dihormati, dan persekutuan paguyuban (communio/koinonia) meningkat, dengan segala kebaikannya. Dan sesungguhnya, hal ini hanya mungkin terjadi, jika orang (termasuk kaum muda) tetap kuat berakar dan melekat erat pada pokok anggur sejati, yakni Yesus Kristus sendiri, serta setia sebagai warga Gereja yang adalah persekutuan (communio) para murid Kristus.
Untuk menekankan betapa pentingnya iman bagi hidup umat Allah, khususnya kaum muda, Sri Paus menyampaikan renungannya perihal tiga kata yang digunakan oleh St. Paulus dalam ungkapan: “Berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman” (bdk. Kol 2:7), yang juga merupakan tema perayaan Hari Kaum Muda Sedunia tahun ini.
“Berakar” mengingatkan kita akan pohon dan akar yang memberi makan kepada dan mengokohkan pohon itu; “dibangun” mengacu pada susunan/konstruksi sebuah rumah; dan “berteguh” menunjukkan pertumbuhan fisik dan susila.
Secara alamiah, orang-tua, keluarga, dan budaya negara adalah akar atau unsur-unsur penting dari jati diri pribadi kita, dan karena itu, patut kita syukuri dan hargai selalu. Namun, secara spiritual dan adikodrati, akar yang memberi makan serta mengokohkan seluruh hidup spiritual kita adalah Tuhan sendiri: “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak khawatir dalam tahun kering, dan yang tidak menghasilkan buah” (Yer 17:7-8).
Bagi nabi Yeremia, berakar dalam Tuhan berarti: menyerahkan kepercayaan kepada Tuhan. Karena dari Dia, kita sanggup melukis/mengukir hidup dan masa depan kita; tanpa Dia, kita tidak bisa sungguh-sungguh hidup. Yesus sendiri mengatakan bahwa Dia sendirilah kehidupan kita (bdk. Yoh 14:6). Konsekuensinya, iman Kristen bukanlah sekedar kepercayaan/persetujuan terhadap segugus ajaran doktrinal Gereja, melainkan lebih dari itu, adalah suatu perjumpaan personal dengan Dia yang adalah Putra Allah, yang sanggup memberikan daya dan hidup kepada kita.
Dalam hal ini, sebagaimana para murid Kristus dahulu, demikian pula kita (kaum muda) zaman ini, hanya bisa hidup dalam arti yang sesungguhnya, jika kita berakar dalam Kristus, menyatu erat dengan Dia yang adalah pokok anggur kita.
Selanjutnya, sebagaimana pohon akan kokoh berdiri dan tetap hidup jika menyatu erat dengan akarnya, , demikian pulalah sebuah rumah, akan tetap kokoh dalam jangka waktu yang panjang jika dibangun di atas fondasi yang kokoh pula. Dalam hal ini, melalui iman, kita telah dibangun dalam Yesus Kristus (bdk. Kol 2:7), seperti rumah yang dibangun di atas fondasinya. Karena itu, kepada kaum muda sedunia, Sri Paus menegaskan demikian:
“Bangunlah rumah kalian sendiri di atas batu-karang, yaitu Yesus Kristus, sebagaimana orang yang menggali dalam-dalam untuk membuat fondasi bagi pembangunan rumah yang kokoh. Cobalah setiap hari untuk mengikuti sabda Kristus. Dengan kehadiranNya di samping kalian, kalian akan menemukan keberanian dan pengharapan untuk menghadapi aneka kesulitan dan masalah, bahkan untuk mengatasi kekecewaan dan kemunduran. Kepada kalian, secara terus-menerus ditawarkan pilihan-pilihan yang lebih mudah, namun kalian sendiri tahu, bahwa segala tawaran itu bersifat menipu dan tidak akan pernah mampu memberikan damai dan sukacita sejati. Hanya Sabda Allah sajalah yang mampu memperlihatkan kepada kita jalan yang sejati, dan hanya iman yang kita terima-lah yang menjadi cahaya dalam jalan hidup kita. Dengan penuh syukur, terimalah hadiah rohani ini yang telah kalian warisi dari keluarga kalian; berusahalah untuk menanggapi panggilan Tuhan dengan penuh kesadaran, dan bertumbuhlah dalam iman......!”
(Diambil dari Blog Padre Patris Alegro. Bagus dan menginspirasi Orang Muda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar